
Jakarta – Pengemudi ojek online atau driver ojol kini tak jarang menggunakan lebih dari satu aplikasi transportasi daring untuk memenuhi kebutuhan hidup. Merespons fenomena ini, Dr Dyah Herawatie MSi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meneliti strategi yang paling mendukung kesejahteraan mitra ojol.
Melalui studi doktoralnya, Dyah mendapati ada strategi yang dapat dilakukan baik pengemudi ojol maupun perusahaan pemilik ojol untuk memaksimalkan cuan di tengah persaingan antarplatform. Seperti apa?
Strategi Satu Aplikasi Ojol
Hasil studi Dyah menunjukkan, strategi cuan terbaik bagi pengemudi yang menggunakan satu aplikasi ojol adalah dengan menerima semua pesanan. Untuk memaksimalkan pendapatan bersih, radius optimal broadcast area (mengabarkan permintaan calon penumpang) maksimal 2-3 km saja dari pengemudi.
“Meski strategi ini menunjukkan hasil yang baik, intensitas permintaan penumpang juga memengaruhi hasilnya,” ucapnya menggarisbawahi, dikutip dari laman ITS, Kamis (15/10/2025).
Strategi Dua Aplikasi Ojol
Sementara itu, strategi pemakaian dua aplikasi bisa diaktifkan terutama saat intensitas permintaan rendah sampai sedang. Strategi dua aplikasi (multi-homing/MH) ini khususnya bermanfaat bagi driver dari platform yang kurang dominan di pasaran, agar bisa memperluas akses layanan penumpang.
Di samping itu, strategi dua aplikasi juga memungkinkan peningkatan pendapatan bagi driver saat penumpang sepi.
Pengembangan Model
Strategi tersebut ditemukan Dyah dari metode pemodelan Agent-Based Modeling & Simulation (ABMS) yang dikombinasikan dengan sistem informasi geografis (GIS).Dalam model ini, pemilik platform bisa memodelkan perilaku mengemudi dan penumpang secara realistis dan dinamis.
“Keduanya juga dapat menyimulasikan sejumlah skenario paling menguntungkan bagi pengemudi ojol,” ucapnya.
Model ini juga termasuk aspek strategi reaktif driver, model jelajah, dan radius broadcast area yang diterapkan oleh platform. Simulasi ketiganya dapat dipelajari untuk melihat bagaimana dampak perubahan strategi terhadap keuntungan; serta efisiensi layanan bagi perusahaan pemilik platform, pengemudi ojol, maupun penumpang.
Untuk mengecek manfaat strategi pada satu aplikasi maupun dua aplikasi, Dyah membuat skenario platform tunggal dan skenario persaingan dua platform.
“Tahap berikutnya akan berfokus pada analisis lebih mendalam tentang pengaruh multi-homing terhadap keuntungan pengemudi, platform, dan struktur pasar,” paparnya.
Ia menambahkan, model ride hailing ini akan dikembangkan lagi untuk menguji berbagai proporsi pengemudi, variasi permintaan, dan strategi kompetisi dua platform.
Dikutip dari laman ITS, studi alumnus Statistika ITS 1987 ini dinilai dapat menjadi wawasan perumusan kebijakan pemerintah terkait manajemen persaingan dan praktik multi-homing ojol yang adil dan berkelanjutan. Di samping itu, pemodelan ini dapat menjadi dasar perancangan strategi operasional dan pengelolaan risiko dari MH yang lebih baik.